Minggu, 15 Desember 2013

Raden Fattah Sang Revolusioner




Oleh:

Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh
Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan


Beliau dilahirkan di Negeri Champa, yang pada masanya adalah merupakan kerajaan Melayu Islam yang besar dan berpengaruh. 
Begitu berpengaruhnya kerajaan ini sampai sampai kerajaan Majapahit dan Kerajaan disekitar Asia Tenggara menjalin kerjasama dengan kerajaan ini, Kerajaan Champa betul-betul sangat terkenal pada masa itu. Hal-hal yang berbau Champa betul-betul melekat, bahkan putri-putri champa sangatlah dikenal kaum bangsawan di bumi Nusantara. Kebanggaan akan muncul tatkala bangsawan bangsawan kerajaan Nusantara bisa bersanding dan mencapatkan putri putri bangsawan champa untuk dinikahi. 
Champa yang mulai mendapat pengaruh Islam dengan penguasa penguasa pendahulunya yang beragama islam yaitu Sayyid Ali Nurul Alam yang juga bergelar MAULANA MALIK ISRAIL atau SULTAN QONBUL atau ARYA PATIH GAJAH MADA, ternyata dalam proses perjalanan kerajaan ini cukup mendapatkan wibawa dimata kerajaan lain. MAULANA MALIK ISRAIL adalah gelar kebesaran dari SAYYID ALI NURUL ALAM karena pengaruhnya mampu menembus kalangan Yahudi yang berada dikawasan Timur Tengah, terutama pada kantong kantong wilayah Yahudi. Artinya dia bukanlah orang Yahudi seperti apa yang pernah ditulis di sebuah situs internet. Champa sendiri adalah sebuah kerajaan islam yang ironis karena sampai saat ini masih sering mengundang perdebatan. 
Namun berdasarkan jalur perjalanan para Walisongo, bahwa Champa diperkirakan berada Di India, berdekatan dengan wilayah Kesultanan Naserabad pada masa lalu, Kesultanan Naserabad Kuno sendiri adalah cikal bakal munculnya keluarga besar walisongo. Kesultanan Naserabad adalah sebuah wilayah pemerintahan Islam yang pemimpinnya dipegang oleh keluarga besar dari SAYYID ABDUL MALIK AZMATKHAN, yang merupakan cikal bakal leluhurnya walisongo. Sedangkan kota champa itu sampai sekarang masih ada disebuah wilayah distrik India. Sedangkan Naserabad India, posisinya kini berada di Negara India yang berdekatan dengan kota Rajishtan dan Ajmer pada masa sekarang. 

Dari kota Champa yang merupakan daerah Kesultanan Nasirabad India kuno ini kemudian keluarga besar Walisongo kemudian bermigrasi ke wilayah Champa Kamboja. Inilah yang akhirnya mengundang penafsiran jika Champa berada di Vietnam Tengah, posisi Champa itu berdekatan dengan Pattani dan Kelantan. Dari wilayah Champa Kamboja atau Vietnam Tengah ini mereka bergerak lagi kewilayah Kesultanan Patani, Kesultanan Kelantan dan Kesultanan Malaka. Sayangnya kejayaan Champa dengan simbol-simbol KEISLAMAN seperti tidak berbekas lagi, jangankan artefak, makam, peninggalan dalam bentuk tulisan, dapat dipastikan semua itu hampir tidak ada, yang ada cerita-cerita kejayaan Islam Champa dari beberapa warga etnis champa yang masih tersisa pada saat ini. 
Kerajaan Champa yang pernah mengalami masa jaya beberapa periode terutama dari masa Sayyid Ali Nurul Alam sampai anaknya Abdullah Umdatudin betul betul hilang dari bumi Asia Tenggara. Kerajaan Champa dulunya pernah menjadi negara Islam saat ini sejarahnya telah dilenyapkan oleh rezim penguasa vietnam pada masa lalu bahkan sampai sekarang, mereka tidak pernah mau mengakui bahwa negara mereka pada masa lalu adalah negara besar ISLAM!. Namun sampai saat ini walaupun Kerajaan Champa telah hilang ditelan zaman, namun ternyata sebagian etnis ini masih eksis didbeberapa tempat, bahasa yang mereka pakai adalah bahasa Melayu.

Dalam kondisi kerajaan yang terus berkembang pada kerajaan champa ini, maka lahirlah seorang anak yang bernama Sayyid Hasan atau kelak nanti bernama Raden Hasan dan setelah menjadi Sultan Demak sering disebut Raden Fattah. Beliau lahir pada Hari Senin Tanggal 22 Bulan Shofar Tahun 827 Hijriah bertepatan dengan tanggal 24 Januari 1424 Masehi. 
Raden Fattah bukan lahir pada tahun 1955 Masehi seperti yang selama ini beredar, sebab nanti Tahun 1466, Raden Fattah menjadi anggota Walisongo, sehingga sangat mustahil ia dia menjadi anggota walisongo dalam usia 11 tahun! Raden Fattah lahir di Kerajaan Champa lewat rahim Syarifah Zaenab binti Ibrahim Al Hadrami/ Ibrahim Al Ghazi/ Ibrahim As Samarkand/Ibrahim Asmorokondi Azmatkhan Al Husaini. Ibrahim Zainuddin Al Akbar As Samarkand atau Ibrahim Asmorokondi adalah saudara kandung dari Sayyid Ali Nurul Alam yang merupakan salah satu pejabat tinggi di Kesultanan Kelantan dan Patani. 
Ibrahim Asmorokondi ini sering disebut Wali Tertua dimasanya, khususnya wilayah Jawa Timur. Syarifah Zaenab sendiri adalah adik kandung dari Sayyid Ahmad Rahmatullah atau SUNAN AMPEL AZMATKHAN ALHUSAINI. Artinya Raden Fattah adalah keponakan dari Sunan Ampel. Saat kelahiran Raden Fattah di Champa, Keberadaan Sunan Ampel masih ada di Champa untuk mengikuti dakwah ayahnya yaitu Ibrahim Zaenuddin Al Akbar Asmorokondi dan kakeknya yaitu Sayyid Husin Jamaludin atau Syekh Jumadhil Kubro. Ayah dari Raden Fatah sendiri adalah Sayyid Abdullah Umdatudin bin Sayyid Ali Nurul Alam bin Sayid Husin Jamaludin. Sayyid Abdullah Umdatudin adalah Raja Champa. Adapun Nasab Raden Fattah adalah sebagai berikut:

NASAB RADEN FATAH 

Dari Jalur Ayah nasab Raden fatah adalah :

1. Nabi Muhammad SAW
2. Fatimah Azzahra
3. Husein Asshibti
4. Ali Zaenal Abidin
5. Muhammad Al Baqir
6. Jakfar Asshodiq
7. Ali Al Uraidhi
8. Muhammad An Naqib
9. Isa Arrumi
10. Ahmad Al Muhajir
11. Ubaidhilah
12. Alwi Al Awwal
13. Muhammad Shohibus Souma’ah
14. Alwi Atsani
15. Ali Kholi’ Qosam
16. Muhammad Shohib Mirbath
17. Alwi Ammil Faqih 
18. Abdul Mali Azmatkhan
19. Abdullah Azmatkhan
20. Sultan Syah Ahmad Jalaluddin
21. Husein Jamaludin/Syekh Jumadhil Kubro
22. Ali Nurul Alam/Maulana Malik Israil/Sultan Qonbul/Arya Patih Gajah Mada
23. Abdullah Umdatuddin/Sultan Champa/Maulana Hud
24. Raden Hasan/Raden Fattah/Sultan Demak 1

Sedangkan Nasab dari Ibunda Raden Fattah adalah : 

1. Nabi Muhammad SAW
2. Fatimah Azzahra
3. Husein Asshibti
4. Ali Zaenal Abidin
5. Muhammad Al Baqir
6. Jakfar Asshodiq
7. Ali Al Uraidhi
8. Muhammad An Naqib
9. Isa Arrumi
10. Ahmad Al Muhajir
11. Ubaidhilah
12. Alwi Al Awwal
13. Muhammad Shohibus Souma’ah
14. Alwi Atsani
15. Ali Kholi’ Qosam
16. Muhammad Shohib Mirbath
17. Alwi Ammil Faqih 
18. Abdul Mali Azmatkhan
19. Abdullah Azmatkhan
20. Sultan Syah Ahmad Jalaluddin
21. Husein Jamaludin/Syekh Jumadhil Kubro
22. Ibrahim Zaenuddin Al Akbar As Samarkand/Ibrahim Asmorokondi
23. Syarifah Zaenab/Thobiroh/Putri Champa >> melahirkan Raden Fattah

Ayah Raden Fattah bukanlah Brawijaya V atau Bhre Kertabumi Raja Majapahit terakhir dari Dinasti Raden Wijaya. Sebagian mengatakan bahwa orangtua yang dianggap selama ini sebagai ayah kandung Raden Fattah adalah Brawijaya IV atau Kertajaya, dan ini yang lebih mendekati fakta, bahwa yang dimaksud oleh banyak orang selama ini adalah Kertajaya itu bukan Kertabumi, dan dialah yang seharusnya dinyatakan sebagai ayah "kandung" Raden Fattah, Raden Fattah sendiri bila dibandingkan dengan Kertabumi atau Brawijaya 5 ternyata hampir seumuran usianya. Namun kenyataannya sampai saat ini ternyata Bre Kertabumi atau Brawijaya 5 inilah yang selama ini dipercaya masyarakat Jawa sebagai ayah Raden Fattah dan ini juga terdapat didalam beberapa Babad seperti Babad Tanah Jawi Galuh Mataram.


Ayah Raden Fatah yang bernama Abdullah Umdatuddin sendiri adalah Raja Champa kedua dalam kerajaan Islam Champa di Vietnam Tengah (sebelumnya di wilayah Champa India) dan dikenal dengan nama lain di Malaka, Kelantan, Patani sebagai WAN BO. Abdullah Umdatuddin ini sering diartikan sebagai Sultan Mesir dalam sejarah yang berkaitan dengan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah. Padahal ia adalah Raja Champa. Kemungkinan besar kenapa ia dinamakan Sultan Mesir karena boleh jadi mesir adalah satu medan dakwah dari Abdullah Umdatuddin. Dari Abdullah Umdatuddin akan banyak menurunkan orang orang yang bergerak dalam bidang politik pemerintahan serta ulama ulama besar.


Antara Sayyyid Abdullah Umdatudin dengan Syarifah Zaenab dan Sayyid Ahmad Rahmatullah atau Sunan Ampel adalah saudara sepupu. Pernikahan antar kerabat dalam keluarga walisongo itu adalah biasa. Adapun anak-anak dari Abdullah Umdatudin sangat banyak, namun yang mahsyur dalam dunia nasab adalah :


1. Ahmad Waliyullah atau Sultan Abul Muzhafar yang kelak menurunkan beberapa para sultan di Malaka, Patani, Kelantan, dan beberapa Kerajaan di Malaysia.

2. Sultan Babullah yang menurunkan sultan sultan di Ternate dan Maluku.
3. Sultan Nurullah yang menggantikan posisi Raja Champa berikutnya..
4. Syarif Hidayatullah yang kelak menurunkan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon
5. Raden Fattah yang kelak menurunkan Kesultanan Demak.

Adapun yang paling terkenal sebagai anak Sayyid Abdullah Umdatuddin adalah Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Kenapa sampai saat ini kenapa posisi Raden Fattah jarang sekali disebut dalam dunia nasab sebagai anak dari Abdullah Umdatudin (bahkan terkesan disembunyikan), hal ini disebabkan banyak faktor, salah satunya karena adanya pengkaburan dan manipulasi sejarah Kerajaan Islam oleh para kolonialis penjajah serta oknum oknum yang memang tidak menginginkan Islam dalam bentuk kekhalifahan berjaya di Bumi Nusantara ini. Nasab Raden Fattah adalah salah satu nasab yang paling banyak mendapat pendustaan oleh kalangan yang tidak memahami sejarah perkembangan ilmu nasab. Nasab Raden Fatah adalah nasab yang paling sering dimanipulasikan oleh berbagai oknum demi kepentingan pribadi atau juga golongannya. Nasab Raden Fattah dapat dikatakan merupakan nasab yang sering dipermasalahkan oleh banyak sejarawan dan juga beberapa ahli silsilah karena dianggap "tidak memiliki" data primer, padahal sebagai seorang sultan yang besar yang luas kekuasaannya hampir seluruh Jawa, sepertinya tuduhan seperti ini sangat aneh , karena pada kenyataannya nasab Raden Fattah telah tercatat dengan baik oleh kalangan Ulama Ahli Nasab khususnya Keluarga Besar Walisongo lebih khusus lagi keluarga Besar Sunan Kudus dan juga keturunan keturunan Raden Fattah sendiri, terutama keturunan Raden Fattah yang sumber nasabnya berasal dari Pencatatan turun temurun dan berdasarkan catatan nasab dari Keturunan Keluarga Besar Sunan Kudus.
RADEN FATTAH & SUNAN KUDUS

Raden Fattah (Sultan Demak) adalah BESAN dengan Sunan Kudus, karena Dewi Ratih binti Raden Fattah menikah dengan Sayyid Amir Hasan bin Sunan Kudus dan melahirkan 19 anak, anak yang paling tua bernama Sayyid Sholih bin Amir Hasan, yang bergelar Panembahan Pakaos (Sultan Ampel Kedaton), dari Panembahan Pekaos kemudian menikah dengan Ratu Maduratna dan melahirkan Sayyid Ahmad Baidhowi (Pangeran Ketandur Bangkal yang kemudian menjadi Sultan Bangkalan Madura). Keturunan dari TRAH INI tercatat nama: Syekh Sayyid Bahruddin Azmatkhan, Syekh Muhammad Kholil Bangkalan, Syekh As'ad Syamsul Arifin.


Ratu Maduratna binti Khalifah Ismail bin Khalifah Ibrahim bin Khalifah Sughra bin Khalifah Husain (Sultan/ Raja Madura Pertama/ Pendiri Kerajaan Madura).

GAMBARAN FISIK RADEN FATTAH

Raden Fattah memiliki perawakan yang tinggi dan tegap, tinggi beliau melewati angka 185 cm, kondisi fisik beliau ini mirip dengan Sunan Kudus yang tinggi dan tegap, dan ini nanti kelak banyak diturunkan kepada beberapa anak cucunya yang banyak memiliki fisik-fisik yang tinggi, kulit beliau putih bersih seperti juga para walisongo, wajah beliau berkarakter tegas namun teduh, dan beliau memiliki wajah dengan tipe timur tengah (arab). Beliau selalu memakai pakaian keulamaan seperti juga walisongo dengan Imamah dikepala dan jubah, sangat tidak benar jika ada foto Raden Fattah yang digambarkan dengan pakaian ala Kerajaan Majapahit, apalagi pakaian-pakaian kebesaran dari Penjajah kelonial. Foto Raden Fattah yang beredar selama ini adalah palsu dan menyesatkan.


NAMA NAMA RADEN FATTAH

RADEN FATTAH mempunyai nama yang banyak, seperti kebiasaan para walisongo yang juga mempunyai banyak nama karena berbagai faktor, baik itu budaya, sosial, maupun politik. Nama nama beliau yang mahsyur adalah : 


1. Sayyid Hasan atau Raden Hasan (nama kecil dan dewasa dan nama yang terkenal saat beliau di Nyantri di Pondok Pesantren Ampel) dan nama saat beliau di Palembang, 

2. Sayyid Yusuf (panggilan kesayangan dari ibunya).
3. Abdul Fattah/ Al Fattah (karena kemenangannya Demak terhadap Majapahit, sekaligus orang yang pertama kali membuka kerajaan Islam di Jawa). Nama Al Fattah ini adalah menjadi Fam dari keturunan Raden Fattah, mereka disebut BANI AL FATTAH
4. Senopati Jim Bun/Panembahan Jim Bun (karena perhormatan dari Etnis Tionghoa di Jawa terhadap peran dan wibawanya, 
5. Adipati Natapraja (saat demak masih dibawah wilayah kerajaan Majapahit), 
6. Sultan Syah Alam Al Akbar/Sultan Surya Alam (saat beliau dilantik menjadi Sultan pertama Kesultanan Demak. 
7. Senapati Jimbun Ningrat Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama (gelar yang mendapat pengakuan dari penguasa/Syarif Mekkah dan Palembang), 
8. Sultan Bintoro (berdasarkan nama sebuah hutan yang bernama Glagah Wangi dan kemudian diirubah namanya menjadi Bintara/Bintoro untuk dijadikan tempat pemerintahan beliau).

Ibunya dikenal dengan panggilan yang banyak didalam kerajaan Majapahit, namun yang cukup akrab adalah Tobhirah terutama saat beliau masih di champa, sedangkan saat beliau sudah di Majapahit ada yang mengatakan Dewi Drawati, Kencana Wungu, Nyai Endang, Putri China, Putri Champa, dll sehingga banyak membuat orang terkecoh dan rancu akan sejarah dirinya. Namun dari semua nama yang populer, Nama Drawati adalah nama yang paling terkenal. Ibunda Raden Fattah adalah seorang muslimah yang taat dan berilmu, karena pendidikan agamanya didapat langsung dari bapaknya yang merupakan walisongo angkatan pertama yaituIbrahim as samarkand atau IBRAHIM ASMOROKONDI..Ibunda Raden Fatah tidaklah hamil saat dicerai Brawijaya 5 (orang yang dianggap sebagai suami Drawati), beliau suci dari fitnah itu, karena pada kenyataannya Raden Fattah telah lahir di Champa. Ibunda Raden Fattah dimakamkan di Ampel Berdekatan dengan Sunan Ampel, Beliau kembali Ke ampel setelah Suami ketiganya wafat terlebih dahulu di Palembang, yaitu Arya Dillah/Sultan Abdillah atau Arya Damar.


Artinya Raden Fattah nasab kedua orangtuanya adalah Alhusaini melalui jalur Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih yang merupakan keturunan Sayyidina Ahmad Al Muhajir (nenek moyangnya seluruh kaum Alawiyyin yang ada di Nusantara dan Asia Tenggara. Raden Fattah adalah keturunan ke 24 dari Rasulullah melalui ayah dan Ibunya...


MASA KECIL DAN DEWASA RADEN FATTAH

Raden Fattah menghabiskan waktu kecilnya di Champa, dalam asuhan ibunda dan ayahnya yang tercinta yaitu Sayyid Abdullah Umdatudin dan Syarifah Zaenab/Thobiroh/Drawati, namun masa kecil Raden Fatah tidaklah lama dalam kebahagiaan karena Abdullah Umdatuddin dan Syarifah Zaenab berpisah karena Sultan Abdullah Umdatuddin kondisinya sering sakit sakitan, sehingga tidak lama kemudian beliau akhirnya wafat, sehingga dengan kondisi yang sakit sakitan dan uzur ini, maka Abdullah Umdatuddin menceraikan Istrinya ini, agar mencari kehidupan yang lebih layak guna untuk mendidik Raden fattah yang masih kecil, Oleh Sebab itu Abdullah Umdatuddin mengusulkan agar mantan istrinya ini mengikuti saran Sunan Ampel untuk menikahi Raja Majapahit yang sudah masuk Islam yaitu Kertajaya (Brawijaya 4). Abdullah Umdatuddin pun tidak keberatan mantan istrinya itu menikah dengan Kertajaya karena hubungan Abdullah Umdatuddin dengan Kertajaya sangatlah baik, apalagi kerajaan mereka adalah sekutu. Abdullah Umdatudinpun memesan kepada Kertajaya melalui Sunan Ampel, agar Kertajaya mau untuk mendidik anaknya yaitu Raden Fattah seperti mendidik anaknya sendiri, artinya Raden Fattah dititipkan Abdullah Umdatudin kepada Kertajaya untuk menjadi anaknya sendiri, namun tetap dalam didikan kerajaan yang dipenuhi etika dan tata krama...


Ibunda Raden Fattah dan juga Raden Fattah diberangkatkan dari Champa bersama dengan wali walisongo yang lain untuk menuju Majapahit. Perjalanan dari Champa menuju Majapahit ditempuh dengan jarak sekitar kurang lebih satu bulan. Setelah tiba beberapa saat di Majapahit, sesuai dengan tujuan pertama, maka Syarifah Zaenab dinikahkan dengan Kertajaya. Pernikahan ini nantinya akan mengundang perdebatan, karena ini jelas tentu akan bertabrakan dengan konsep pernikahan yang biasa dianut keluarga besar walisongo yaitu kafa'ah, apalagi karena disatu sisi Syarifah Zaenab adalah seorang Ahlul Bait, sedangkan Kertajaya adalah seorang raja yang mualaf dengan keislaman yang tidak semua orang tahu, kecuali beberapa kerabat dekatnya. Namun demikian rahasia pernikahan ini hanya Sunan Ampel dan wali wali lainnyalah yang lebih tahu bagaimana kedepannya nanti. Betapapun demikian Konsep pernikahan Kafa'ah antar keluarga besar walisongo tetap terjaga Namun memang pasca pernikahan ini Islam bisa berkembang dengan pesat berkat lindungan dari Kertajaya dan nanti diteruskan oleh Brawijaya 5 atau Kertabumi. Sayang pernikahan ini tidak lama, karena adanya intrik intrik yang terjadi dalam keluarga besar Kertajaya, sehingga menyebabkan Syarifah Zaenab dan Raden Fattah tersingkir. Syarifah Zaenab diceraikan Kertajaya, dan setelah masa iddah lewat maka Syarifah Zaenab diserahkan kepada Arya Dillah yang merupakan bawahannya di Palembang. Pernikahan antara Kertajaya dan Syarifah Zaenab tidak menghasilkan keturunan, artinya Kertajaya tidak bisa menghasilkan keturunan lewat rahim Syarifah Zaenab, lagipula kondisi Kertajaya saat itu juga mulai sakit sakitan.


Dari pernikahan antara Syarifah Zaenab dengan Arya Dillah Lahirlah Raden Husein. Raden Fattah dan adiknya dididik dan dibesarkan di Palembang. Di Palembang pada masa kecil dan dewasa nama Raden Fattah adalah Raden Hasan. Setelah Dewasa ia bersama adiknya menuju Pondok Pesantren Ampel untuk belajar kepada Pamannya yang bernama Sayyid Ahmad Rahmatullah atau Sunan Ampel. Setelah kurang lebih 3 tahun mereka mondok, maka Raden Fatah mengabdi kepada ayah tirinya sambil membuka sebuah kawasan untuk pusat penyiaran agama Islam yang berada disebuah hutan yang bernama Bintoro.


ISTRI ISTRI RADEN FATTAH : 

1. Siti Asyiqah/Dewi Murtasimah binti Sunan Ampel

2. Putri Randusanga binti Adipati Randusanga
3. Putri Jipang binti Adipati Jipang
4. Alwiyah binti Syekh Subakir

Semua istri Raden Fattah mempunyai keturunan, baik itu laki laki maupun perempuan, dan semua istri Raden Fattah ini adalah Bangsawan bangsawan yang berasal dari Majapahit serta dari Keluarga Besar Walisongo. Istrinya adalah perpaduan yang cukup unik, disinilah Raden Fattah menunjukkan bahwa ia dan juga Walisongo mampu untuk berbaur dan berasimilasi dengan rakyat nusantara pada saat itu, dan sebelum era Raden Fattah pernikahan dengan Pribumi juga telah dilakukan. Sehingga Raden Fattah tidaklah merasa sombong dan angkuh walaupun ia seorang Sultan dan juga seorang Ahlul Bait Rasulullah SAW.


ANAK ANAK RADEN FATTAH

1. Patih Rodin/Komaruddin/Badruddin

2. Sayyid Muhammad Yunus/Sultan Yunus Surya/Raden Surya/Pangeran Seberang Lor1/Adipati Unus 1/Pati Unus 1/Sultan Demak II
3. Sayyid Ali/Raden Bagus Surawiyata/Raden Kikin/Pangeran Sekar Seda Lepen
4. Syarifah Jamilah/Ratu Mas Nyawa/Putri Gunung Ledang >< menikah dengan Raden Abdul Qodir bin Muhammad Yunus Al Mukhrawi Azmatkhan/Pati Unus 2
5. Sultan Ahmad Abdul Arifin/Sultan Trenggono/Sultan Demak III
6. Pangeran Purbo
7. Raden Bagus Sido Kali
8. Dewi Ratih (Menikah dengan Sayyid Amir Hasan bin Sunan Kudus Azmatkhan)
9. Radeng Tumenggung Kanduruhan (Senopati Japan Ratu Sumenep)
10. Pangeran Sulaiman
11. Pangeran Daud
12. Pangeran Musa
13. Pangeran Yusuf
14. Pangeran Muhammad
15. Raden Pamekas

Semua anak Raden Fattah ini mempunyai banyak keturunan yang menyebar diberbagai wilayah Nusantara dan juga beberapa wilayah Asia Tenggara. Dan kelak dari keturunan Raden Fattah ini banyak yang menjadi ulama ulama besar serta tokoh tokoh politik dan juga pemimpin bangsa, baik dari bidang pemerintahan politik maupun militer. Mereka semua anak anak Raden Fattah menyebar luas keberbagai daerah untuk menyebarkan dakwah islamiah yang sesuai dengan cita-cita Majelis Dakwah Walisongo yang salah satu anggotanya adalah Raden Fattah. Tidak hanya Raden Fattah, semua keluarga Walisongo keturunannyapun banyak yang mirip dalam hal apapun dengan keluarga besar Raden Fattah.


RADEN FATTAH DAN WALISONGO

Banyak fihak yang tidak mengetahui jika Raden Fattah sebenarnya adalah anggota Walisongo, beliau Raden Fattah disamping sebagai Sultan Demak beliau merangkap sebagai anggota Walisongo, terutama Walisongo Periode ke 4 dengan menggantikan Maulana Ahmad Jumadhil Kubro, sebelumnya tahun 1462 dalam usia 38 tahun diangkat menjadi Adipati Bintoro oleh Kerajaan Majapahit, dan pada tahun 1465 Masehi dalam usia 41 tahun membangun mesjid Demak dan akhinrya diangkat menjadi Sultan Demak dalam usia 44 tahuh pada tahun 1468 Masehi, sehingga setiap keputusan Walisongo, beliau Raden Fattah ikut terlibat sekaligus ikut mengesahkan, karena ia adalah pemimpin Negara. Tidak banyak pemimpin pada masa sekarang yang bisa merangkap dua jabatan seperti ini jika ia tidak punya kemampuan yang kompleks, baik itu tata Negara dan juga agama dan Raden Fattah membuktikan jika ia punya kemampuan seperti itu.


Adapun Periode Wali Songo Angkatan ke-4 yang dalam masa pemerintahan Raden Fattah terutama pada era tahun 1466 – 1513 M, terdiri dari:


1. Sunan Ampel Azmatkhan, asal Champa, Muangthai Selatan (w.1481)

2. Sunan Giri Azmatkhan, asal Belambangan,Banyuwangi, Jatim (w.1505)
3. Raden Fattah Azmatkhan, asal Majapahit, Raja Demak pada tahun 1465 mengganti Maulana Ahmad Jumadil Kubra (wafat tahun 1518)
4.Fathullah Khan/Fatahillah Azmatkhan (Falatehan), asal Cirebon pada tahun 1465 menggantikan Maulana Muhammad Al-Maghrabi (wafat 1573)
5. Sunan Kudus Azmatkhan, asal Palestina (wafat tahun 1550)
6. Sunan Gunung Jati Azmatkhan, asal Palestina (wafat tahun 1567)
7. Sunan Bonang Azmatkhan, asal Surabaya, Jatim (wafat 1525)
8. Sunan Derajat Azmatkhan, asal Surabaya, Jatim (wafat 1533)
9. Sunan Kalijaga Azmatkhan, asal Tuban, Jatim (wafat tahun 1513)

GURU GURU RADEN FATTAH

Semua anggota Walisongo, terutama yang usianya diatas Raden Fattah adalah guru dari Raden Fattah, salah satunya gurunya yang paling dekat dengan Raden Fattah adalah Sunan Ampel dan Sunan Kudus. Sunan Ampel adalah paman beliau karena ibu Raden Fattah adalah adik dari Sunan Ampel, sedangkan Sunan Kudus adalah disamping sebagai ulama beliau juga merangkap sebagai Panglima Perang, Penasehat Militer, Naqib Nasab Walisongo, dan mendapat julukan Waliyul ilmi, karena begitu tingginya ilmu pengetahuan yang beliau miliki. Guru lain yang beliau miliki adalah ayah tiri beliau yaitu Arya Dillah, saat beliau masih berada dalam diPalembang, Arya Dillah ini juga terkenal sebagai seorang pemimpin Palembang, namun juga menguasai ilmu-ilmu agama.


MAZHAB RADEN FATTAH 

Raden Fattah adalah produk dari keluarga besar Walisongo, sehinga setiap yang menjadi keputusan beliau baik itu yang bersifat agama atau umum selalu berdasarkan musyawarah Walisongo. Dasar ajaran Raden Fattah adalah Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah, dengan bermazhabkan kepada Imam Syafi’I dan ini sesuai dengan konsep dan ajaran Walisongo. Thariqoh beliau juga berdasarkan Thariqohnya keluarga besar Alawiyyin. Pada masa Raden Fattah aliran islam Ahlussunah Waljama’ah disebarkan dengan nilai nilai kasih sayang serta toleransi yang tinggi.


MASA PEMERINTAHAN RADEN FATTAH

1. Membuat UUD Kesultanan Demak yang bernama Jughul Mudha.

2. Mendirikan Masjid Agung Demak sebagai sentral penyebaran Islam dan pusat pemerintahan.
3. Membuka Hutan Glagah wangi untuk dijadikan pemukiman yang bernama Bintoro.
4. Menyebarkan Islam dengan Damai sesuai dengan Thariqah Walisongo
5. Memindahkan ke Demak beberapa pusaka, dan beberapa bangunan Majapahit yang terlantar.
6. Tidak mengadakan konfrontasi dengan Majapahit pada masa era Brawijaya 5.
7. Tidak Menyerang Umat Budha dan Hindu yang hidup dibawah wilayah Kesultanan Demak.
8.Menerapkan toleransi yang tinggi terhadap agama lain dengan membiarkan agam lain beribadah dan menjaga bangunan-bangunan agama lain yang sudah ada (kelenteng, kuil, candi)
9. Berperang dengan Majapahit Era Dyah Ranawijaya (Brawijaya 6) disebabkan majapahit versi Brawijaya 6 menyerang Giri Kedaton.
10.Mematahkan kerjasama antara Brawijaya VII (Prabu Udara) dengan Portugis yang akan menjual negara bila berhasil mengalahkan dan mematahkan Islam
11.Menjalin Kerjasama poros politik dengan Kesultanan Cirebon, Banten, Palembang, Malaka.
12. Melibatkan penuh peran walisongo dalam segala keputusan kepemerintahan..
13. Menyebarkan Islam dengan cara damai kepada masyarakat Jawa.
14. Menjadikan Demak sebagai Negara Islam pertama Di Jawa.
15. Diangkat sebagai Sultan pada Kesultanan Demak oleh walisongo dan beliau diangkat bukan karena berdasarkan dia anak tiri kertajaya atau juga Kertabumi, namun karena kemampuan Agam, politik dan militernya yang menonjol.

KRATON KESULTANAN DEMAK 

Keraton Kesultanan Demak bukanlah seperti bangunan mewah, ia hanya merupakan sebuah gedung bahkan rumah biasa yang ditempati oleh Raden Fattah dan Keluarganya, Raden Fattah memiliki hidup yang sederhana, ia tidak terbiasa dengan kehidupan mewah, jadi Kraton milik beliau itu ya rumah beliau itu, sedangkan pertemuan kenegaraan atau pertemuan dengan walisongo dilakukan di Mesjid Demak. Jadi Kraton yang sesungguhnya dari Raden Fattah adalah Mesjid Demak, yang merupakan bangunan multi fungsi, baik dia sebagai tempat ibadah maupun untuk kegiatan kegiatan lainnya..


KONTROVERSI TERHADAP RADEN FATTAH

1.Dituduh sebagai anak durhaka karena menyerang Majapahit era Brawijaya 5, padahal runtuhnya Majapahit itu karena serangan Dyah Ranawijaya (menantu Brawijaya 5 atau ipar tiri dari Raden fattah).

2. Dituduh telah meruntuhkan kehebatan peradaban nenek moyangnya.
3. Dituduh sebagai anak haram dari Brawijaya 5.
4. Dianggap sebagai biang kerok runtuhnya agama terdahulu yang sudah lebih dulu eksis.
5. Ibunya dituduh sebagai seorang selir dan putri china, padahal ia muslimah sejati..
6. Dituduh lahir dari identitas yang tidak jelas.
7. Dituduh untuk ambisi dan mendesak Sunan Ampel untuk menyerang majapahit.
8. Berusaha dihilangkan peran dan sejarah hidupnya dalam sejarah Majapahit.
9. Lebih dimunculkan mitos dan legendanya daripada peran keislamannya.
10.Dituduh tidak mempunyai anak laki-laki (tidak memiliki keturunan)
11.Sengaja dihilangkan asal usul keluarganya yang berasal dari nasab Keluarga Besar walisongo.
12.Ditonjolkannya sisi lain yang tidak ada hubungan dengan hidupnya agar peran sentral sebelumnyalah yang menjadi acuan dalam menilai sejarah demak, bukan dari keluarga besar Walisongo
13.Dituduh bahwa anak-anak dan cucu-cucunya terlibat konflik berdarah karena perebutan tahta, padahal selama hidupnya Raden Fattah telah mengajarkan kehidupan sufi kepada anak dan cucunya.
14.Menuduh walisongo dimasa Beliau adalah orang-orang yang telah telah menyebabkan hilangnya sebuah Negara besar yang sudah mapan.

KEWAFATANNYA

Beliau wafat pada usia yang cukup sepuh yaitu 94 tahun, pada hari Selasa tanggal 11 Sya’ban Tahun 924 Hijriah atau bertepatan pada tanggal 18 Agustus Tahun 1518 Masehi dan dimakamkan disamping mesjid Demak berdampingan dengan istri, anak dan beberapa kerabatnya. Dengan diiringi kesedihan dari ribuan rakyat Demak, dan diiringi anggota Majelis Dakwah Walisongo saat itu, maka Sang Pendobrak Yang Berani itu akhirnya kembali keharibaan Allah SWT dengan tenang….Semoga Amal Ibadahnya diterima disisi Allah SWT…


Wallahu A’lam Bisshowab


*Apabila dalam penulisan manaqib ini ada beberapa koreksi, mohon disampaikan kepada penulis…..Insya Allah segala koreksi itu menjadi nilai ibadah bagi mereka yang ikhlas mengkoreksinya…..*


DAFTAR PUSTAKA

RUJUKAN UTAMA
Sayyid Baharudin Azmatkhan & Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan, KITAB NASAB ENSIKLOPEDIA NASAB ALHUSAINI, halaman 105 bab Raden Fattah, Penerbit Madawis tahun 2011.

RUJUKAN PENDAMPING
Agus Sunyoto, WALI SONGO, Rekontruksi sejarah yang disingkirkan, Jakarta, Transpustaka, 2011
Abu Amar, Imron, KERAJAAN ISLAM DEMAK, Kudus, Penerbit Menara Kudus, 1996.
Abu Amar, Sunan Gunung Jati Cirebon, Kudus, Penerbit Menara Kudus, Tahun 1992.
Amin, Fatah Nur, METODE DAKWAH WALISONGO, Pekalongan, Penerbit CV Bahagia, 1997.
Aso Sumiarso, CATATAN NASAB KELUARGA BESAR CIGUGUR, Cimahi, tidak diterbitkan, 1964.
Badri Yatim, SEJARAH PERADABAN ISLAM, Jakarta, Penerbit Rajawali Press, Tahun 1993.
Bisyri Mustofa, TARIKHUL AULIA (SEJARAH WALI DINUSANTARA), KUDUS, Penerbit Menara Kudus, Tahun 1952.
Dahlan, KH. Mohammad. HAUL SUNAN AMPEL KE 555, Penerbit Yayasan Makam Sunan Ampel, Surabaya, 1979
Darmawijaya, SEJARAH KESULTANAN NUSANTARA, Jakarta, Penerbit Al Kautsar 2010.
Daryanto, RADEN FATAH, Bara diatas Demak Bintara, Penerbit Tiga Kelana, 2009.
De Graff, KERAJAAN ISLAM PERTAMA DI JAWA, Jakarta, Penerbit Grafiti, 2003.
Darmawijaya, KESULTANAN ISLAM NUSANTARA, Jakarta, Penerbit AL Kausar, 2010
Departemen Agama, ENSIKLOPEDIA ISLAM, Jakarta, Penerbit Depag, 1993.
Haji Unang Sunarjo SH, “Meninjau Sepintas Panggung Sejarah Pemerintahan Kerajaan Cerbon 1479-1809” Penerbit Tarsito, Edisi ke 1, Bandung, 1983. 
Helmiati, SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA, Ha, Bandung, Penerbit Nusa Media & Zanaf Publising, Tahun 2011.
Hasanu Simon, MISTERI SYEKH SITI JENAR, Pustaka Pelajar, Tahun 2007.
Iwan Mahmud, SEJARAH DESA GUNUNG BATU DAN ARIA PENANGSANG, PRIBADI, 2005.
Iwan Mahmud, CATATAN NASAB KELUARGA BESAR ARIA PENANGSANG, PRIBADI, 2004.
Joko, PANEMBAHAN SENOPATI (PENDIRI KERAJAAN MATARAM) Jakarta, Penerbit Pradnya Paramita, Tahun 1983
Yosef Iskandar, SEJARAH JAWA BARAT, Hal 263 s/d 270, Bandung, Penerbit CV Geger Sunten, Tahun 1997. 
Kiagus Imran Mahmud, SEJARAH PALEMBANG, Palembang, Penerbit? Tahun……
TIM Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, ENSIKLOPEDIA ISLAM INDONESIA, 2009, Penerbit Djambatan, tahun 1993
Slamet Mulyana, RUNTUHNYA KERAJAAN HINDU JAWA DAN TIMBULNYA NEGARA NEGARA ISLAM DI NUSANTARA, Hal 242 s/d 245, Jogyakarta, Penerbt LKIS, Tahun 2007.
Sagimun M.D, Sejarah Jakarta Dari Tepi air Ke Kota Sampai Dengan Masa Proklamasi, Pemda DKI, Dinas Musium Sejarah, Tahun 1988.
Suwito, BABAD TANAH JAWI (GALUH MATARAM), Jakarta, Yayasan Idayu, 1970.
Sayyid Thohir Al Haddad, SEJARAH MASUKNYA AGAMA ISLAM DITIMUR JAUH, Jakarta, Penerbit Lentera, 2001.
Umar Hasyim, SUNAN MURIA, ANTARA FAKTA DAN LEGENDA, Kudus, Penerbit Menara Kudus, Tahun 1983
Yuliadi Sukardi, SUNAN KUDUS SYEKH JAKFAR SHODIQ, Bandung, Penerbit Pustaka Setia Bandung, Tahun 2004. 

Situs

http://id.wikipedia.org/wiki/Trenggana
http://id.wikipedia.org/wiki/Arya_Penangsang
http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Patah
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Demak
http://id.wikipedia.org/wiki/Walisongo#Walisongo_Periode_Pertama
http://id.rodovid.org/wk/Orang:275008
http://id.rodovid.org/wk/Orang:188326
http://asalsilahipunparanata.blogspot.com/
http://sejarahgunungbatu.blogspot.com/
http://madawis.blogspot.com/
http://demak-ku.blogspot.com/2012/06/manaqib-sejarah-singkat-sultan-fatah.html
http://www.facebook.com/azmatkhanalhusaini
http://ibnurusydi.blogspot.com/2011/06/champa-negara-melayu-yang-hilang-dari_11.html
http://teambulls.wordpress.com/2010/08/16/babad-tanah-jawi-raden-fatah-penakluk-majapahit/
http://www.gusmus.net/page.php?mod=dinamis&sub=7&id=1148

Diposkan oleh Administrator di 2:27 PM
Reaksi: 

Majapahit Runtuh Bukan Karena Kesultanan Demak (Menjawab Tuduhan Terhadap Raden Fattah)

oleh:

Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan 



Runtuhnya Kerajaan Majapahit, sampai saat ini ternyata banyak fihak yang menyesalinya. Tidak terkecuali umat Islam sendiri. Seolah olah dengan runtuhnya Kerajaan yang besar ini akan timbul Kiamat. Keruntuhan Majapahit sering digambarkan sebagai sebuah tragedi peradaban di Nusantara, dan kambing hitam dari runtuhnya Kerajaan yang besar ini adalah islam. Begitu melankolisnya kisah kerajaan ini, kisah kerajaan yang satu ini telah banyak dibuat dalam bentuk, kidung, babad atau serat yang isinya menceritakan kebesaran Majapahit. Tentu dalam penulisan itu banyak unsur unsur yang berpengaruh, termasuk sisi subyektifitasnya, dan itu terbukti!. Dari sekian babad atau serat serat yang beredar, banyak isinya lebih mengagungkan Majapahit ketimbang Islam, dalam hal ini diwakili Kesultanan Demak. Dan yang paling menjadi sasaran bahasa "kemarahan" dari orang orang yang mencintai kerajaan ini adalah keluarga besar walisongo lebih khusus lagi Raden Fattah.

Sampai saat ini tokoh Raden Fattah sering dianggap sebagai biang keladi runtuhya majapahit, terutama ketika terjadinya penyerangan terhadap Majapahit tahun 1478 Masehi, sehingga menyebabkan Hancurnya Majapahit. Dengan adanya cerita pada tahun 1478 ini, beberapa orang menuduh Raden Fattah sebagai sumber perpecahan dan runtuhnya Majapahit. Permadi, salah seorang Paranormal yang kini menjadi anggota DPR fraksi Gerindra bahkan pernah mengatakan bahwa gara-gara Raden Fattah, negara ini sering kena bencana, dan Raden Fattah haruslah tanggung jawab atas bencana bencana selama ini karena telah meruntuhkan majapahit. Manusia aneh!!! kesalahan bencana hanya ditujukan pada satu orang, manusia aneh....... Statement dari Permadi yang sering mengaku sebagai Penyambung lidah Bung Karno ini ketika itu langsung dibantah keras oleh KH SLAMET EFFENDI YUSUF yang juga keturunan Raden Fattah. Bahkan KH Slamet effendi yusuf mengancam akan mempidanakan Permadi jika pernyataannya tersebut tidak ditarik. Permadi ini aneh, menghina Raden Fattah tapi dia tidak sadar jika orang orang yang sering dia puji justru banyak keturunan Raden Fattah.

Kebencian terhadap sosok Raden Fattah ini memang sangat luar biasa. Diberbagai tulisan dan beberapa forum sosok yang satu ini sering menjadi sasaran kemarahan bahkan menjadi olok-olok. Dari mulai ayahnya, ibunya, sejarahnya, semua hampir dibuat "aneh". Dan Hal yang paling sering diangkat adalah, bahwa Raden Fattah melalui kesultanan Demak telah menghancurkan dan meruntuhkan kejayaan majapahit, padahal ia adalah "anak" dari Brawijaya 5. Tidak hanya ini saja, perseteruan antara Raden fattah dengan Syekh Siti Jenar dan Ki Ageng Pengging bahkan sering dikatakan sebagai sikap otoriter dan diktatornya seorang Raden Fattah.

Benarkah pernyataan pernyataan itu??? Benarkah Raden Fattah yang meruntuhkan Majapahit terutama pada tahun 1478 Masehi ??? benarkah Raden fattah diktator terhadap Syekh Siti Jenar dan Ki Ageng Pengging? 

Berdasarkan penyelusuran yang saya lakukan diberbagai tulisan, ternyata pada tahun 1478 itu yang menyerang Majapahit Era Brawijaya 5 adalah Dyah Ranawijaya alias Girindrawardhana seperti yang saya kutif dari buku Umar Hasyim dalam buku Biografi Sunan Giri yang mana Umar juga mengambil pernyataan Prof. Dr. N. J. Krom dalam buku “Javaansche Geschiedenis” yang menolak anggapan bahwa pihak yang telah menyerang Majapahit pada masa Prabu Brawijaya V (Kertabhumi) adalah Demak, menurut Prof. Krom serangan yang dianggap menewaskan Prabu Brawijaya V tersebut dilakukan oleh Prabu Girindrawardhana. Demikian juga Prof. Moh. Yamin dalam buku “Gajah Mada” menjelaskan bahwa raja Kertabhumi atau Brawijaya V tewas dalam keraton yang diserang oleh Prabu Rana Wijaya dari Keling atau Kediri. Dyah Rana Wijaya yang dimaksud adalah nama lain dari Prabu Girindrawardhana.

Penyerangan yang dilakukan Dyah Ranawijaya atau Girindrawardana ini perlu diangkat dengan jelas dan terang benderang agar tuduhan terhadap Raden Fattah bisa diklarifikasi, karena akibat penyerangan ini, menyebabkan hilang dan runtuhnya Majapahit disamping faktor faktor lain. Fakta ini harus dikemukakan dengan jelas karena sejarah yang tertera selama kambing hitam dari penyerangan itu justru ditujukan kepada Raden Fattah.

Lantas kalau Raden Fattah tidak menyerang pada tahun 1478, kapankah terjadinya peperangan antara Raden Fattah dengan Majapahit? dan apa motifnya?

Berdasarkan kronologis sejarah yang telah saya pelajari, ternyata pasca penyerangan Dyah Ranawijaya terhadap Brawijaya 5 ditahun 1478 Masehi, dia kemudian mengangkat diri menjadi raja Majapahit dengan gelar Brawijaya VI atau GIRINDRAWARDHANA. Dyah ranawijaya ini ternyata juga menantu Brawijaya 5. Jadi dapat dikatakan dia ini berkhianat sama mertuanya, Kemungkinan adanya penyerangan dari Dyah Ranawijaya ini karena Brawijaya 5 terlalu pro terhadap perkembangan islam, dan walisongo sehingga dengan sikapnya brawijaya 5 itu bisa dianggap melemahkan majapahit. Dyah Ranawijaya ini kemudian memindahkan ibukota majapahit dari Mojokerto ke kediri. Namun pemerintahan Dyah Ranawijaya ini tidak lama karena kedudukannnya dikudeta oleh orang kepercayaannya sendiri yaitu Prabu Udara. Prabu Udara akhirnya mengangkat dirinya menjadi Brawijaya VII. Perlu diketahui bahwa kedudukan Majapahit versi Prabu Udara ini tidak setangguh yang dibayangkan, kedudukannya sudah lemah, kekuatan kerajaan ini jauh dibawah kerajaan demak dan sudah menjadi bagian wilayah Kesultanan demak, namun demikian Raden Fattah membiarkan Majapahit bentukan Prabu Udara ini berkembang. Raden Fattah membiarkan Kerajaan yang sudah kecil ini karena dianggap sudah tidak mungkin eksis lagi. Namun ternyata akhirnya, dikemudian hari Kerajaan Majapahit era Prabu udara telah berkhianat kepada Kesultanan Demak. Sejarah mencatat bahwa Prabu Udara atau Brawijaya VII mengirim utusan kepada Alfonso d’Albuquerque dengan membawa hadiah berupa 20 buah genta, sepotong kain panjang tenunan Kambayat, 13 buah lembing, dan sebagainya. Melihat gelagat yang kurang baik inilah maka kemudian tentara Kesultanan Demak yang dipimpin oleh Adipati Yunus (Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor) menyerang Portugis di Malaka dan sekaligus Majapahit di bawah kepemimpinan Prabu Udara untuk membubarkan persepakatan gelap yang terjadi. Seandainya saja Majapahit tidak diserang pada masa Prabu Udara tersebut maka dapat dipastikan bahwa Portugis akan menjajah tanah Jawa lebih cepat dari masa agresi Belanda. Penyerangan inipula untuk mempertahankan harkat dan martabat agama islam yang sudah mulai terancam dengan kedatangan portugis.

Demikian pula faktor penyebab melemahnya Majapahit juga disebabkan makin pudarnya popularitas kerajaan Hindhu tersebut di mata rakyat. Kehidupan Majapahit terlalu berjarak jauh dengan rakyat. Bangsawan Majapahit lebih berorientasi kepada kehidupan kerajaan semata dibandingkan memikirkan rakyat, posisi rakyat lebih dianggap sebagai kelas yang paling terendah. Sehingga tidak heran dengan sikap mereka seperti itu menyebabkan rakyat mencari sandaran baru dalam kehidupan mereka, sehingga dengan adanya Kesultanan Demak dan Walisongo menyebabkan Keberadaan Majapahit telah tertutupi dengan munculnya kerajaan Demak yang dianggap membawa angin dan perubahan baru. Keruntuhan Majapahit juga tinggal menunggu waktu saja, karena banyaknya daerah daerah di Nusantara yang melepaskan diri dari jajahan Majapahit. Daerah satu dengan yang lain saling menyerang. Pemberontakan terjadi disana sini, perang saudara juga telah menguras kas negara majapahit, pejabat pejabat yang tidak cakap dalam memerintah, kemiskinan juga mulai merajalela, bencana alam sering terjadi seperti banjir besar sungai berantas yang merupakan urat nadi perekonomian majapahit dan juga meletusnya gunung kelud serta bencana bencana lain. Kekuatan Majapahit hanya terfokus pada pemerintah pusat saja, sedangkan didaerah banyak yang terbengkalai. Majapahit tidak sehebat dimasa gajah mada dan raja hayam wuruk. Justru orang-orang yang terbaik di era era akhir majapahit lebih banyak yang memeluk islam dan dekat dengan walisongo dan juga Raden fattah. Sehingga dengan kondisi yang sudah rawan ini, Majapahit tinggal tunggu waktu saja untuk runtuh.

Dengan kondisi yang tinggal waktu itu, pantaskah Raden Fattah dijadikan kambing hitam? Dengan fakta sejarah yang sudah dijelaskan diatas, pantaskah Raden Fattah menjadi biang keladi itu semua? Adapun sikap diktator terhadap Syekh Siti Jenar dan Ki Ageng Pengging, cerita ini tidaklah benar, karena kedua tokoh ini justru berasal dari nasab yang sama dengan Raden Fattah, Ki Ageng Pengging dan Syekh Siti Jenar adalah keluarga besar AZMATKHAN. Tidak ada pertentangan antara mereka ini. Cerita adanya pertentangan antara Raden Fattah bersama Walisongo versus Ki Ageng Pengging bersama Syekh Siti Jenar adalah fiktif dan dibuat-buat. cerita ini banyak berasal dari babad tanah jawi yang justru dibuat setelah sekian ratus dari masa Raden Fattah dan walisongo. Seperti yang kita ketahui bahwa Banyak babad atau serat serat yang isinya patut kita pertanyakan, memang tidak semua salah, namun untuk urusan nasab dan logika dan psikologi sejarah, data dari babad dan serat itu patut diuji ulang tentang validitas isinya...

Wallahu A'lam Bisshowab.

SUMBER :

Sholichin Salam. Sekitar Walisanga. (Menara Kudus, Kudus, 1960). Hal. 13
MB. Rahimsyah. Legenda dan Sejarah Lengkap Walisongo. (Amanah, Surabaya, tth). Hal. 50. 
Marwati Djoenoed Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia. Jilid II. Cetakan V. (PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1984). Hal. 451
Umar Hasyim. Sunan Giri dan Pemerintahan Ulama di Giri Kedaton. (Penerbit Menara, Kudus, 1979). Hal. 88 – 89
Diposkan oleh Administrator di 2:13 PM
Reaksi: 

Walisongo Yang Nasab dan Sejarahnya Banyak Diselewengkan


Oleh:

Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh
Sayyid Iwan Mahmoed Al-Fattah Azmatkhan

Diantara sekian banyak tokoh agama yang tergabung dalam keluarga besar walisongo dan kehidupannya selalu menjadi perdebatan dalam setiap biografi mereka diantaranya adalah Syekh Siti Jenar, Sunan Kalijaga, Raden Fattah. Tiga tokoh ini tidak bosan-bosannya dalam setiap biografi mereka diselipi cerita tentang kehidupan kehidupan yang kontroversial.

Ketiga tokoh walisongo ini memang sering menjadi perdebatan, baik itu sikap hidupnya maupun ajarannya. Namun untuk Raden Fattah saya fikir sudah terlalu sering dibahas, oleh karena itu Mari kita bahas dua orang walisongo saja yaitu Syekh Siti Jenar dan Sunan Kalijaga terutama tentang sisi kontroversial mereka yang tidak habis habisnya dibahas banyak orang.

Syekh Siti Jenar, siapa yang tidak dengan nama yang satu ini? Namun sayang, cerita tentang beliau ini sering sekali berbau kontroversial. Banyak sudah tulisan tulisan yang membahas tentang Syekh Siti Jenar ini. Dari beberapa tulisan yang saya amati, kebanyakan sosok siti jenar digambarkan sebagai sosok yang misterius . Kehidupan beliau cenderung dihubungkan dengan hal hal yang mistik alias irasional. Yang lebih aneh lagi, posisi beliau ini sering dijadikan sebagai "lawan" dari majelis dakwah walisongo. Sosok Siti Jenar sering digambarkan sebagai korban dari sebuah "kediktatoran" walisongo dan Kesultanan Demak. 

Cerita-cerita aneh tentang Syekh Siti jenar ini banyak beredar dimasyarakat Jawa dan lucunya banyak yang percaya dengan dengan cerita cerita itu, misalnya ketika Syekh Siti Jenar digambarkan berasal dari cacing yang kemudian menjelma jadi manusia dan kemudian mencuri ilmu Makrifat dari Sunan Giri. Percayakah anda dengan cerita ini? percayakah anda asal usul beliau dari cacing??? Kalau beliau berasal dari cacing, berarti nasabnya terputus dong? Padahal beliau nasabnya jelas, karena beliau adalah seorang Azmatkhan dan merupakan keluarga besar walisongo, Dalam Urusan Nasab memang sering saya dapati jika Syekh Siti Jenar nasabnya dibuat kabur, misalnya dengan dikatakan bahwa Syekh Siti Jenar nasabnya berasal dari Seorang Resi yang beragama Hindu, padahal seperti yang sudah saya katakan bahwa nasab beliau berasal dari Azmatkhan. Percayakah seorang wali sekelas beliau mencuri ilmu??? padahal seseorang yang ingin belajar harus minta izin dulu dari orang yang mempunyai ilmu tersebut, karena tanpa izin dari pemilik ilmu, ilmu yang kita dapat tidak akan membawa berkah. Kontroversi tidak berhenti, ajaran tassawuf yang beliau ajarkan banyak disalahfahami bahkan banyak pula yang menyelewengkan. Manunggaling Kawula Gusti yang saat ini sering dibahas dan sering disamakan dengan ajaran Al Hallaj selalu disematkan kepada beliau . Padahal sebagai seorang ulama yang ruhaninya sudah tinggi, beliau cukup hati hati dalam mengeluarkan setiap pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan dunia tassawuf. Siapa bilang beliau mengatakan dirinya Tuhan??? Ajaran Tassawuf Keluarga Besar Walisongo itu tidak ada yang neko-neko, tarekat yang mereka anut semuanya tidak menyimpang dari ajaran islam, semua tarekat mereka mempunyai sanad yang sampai kepada Rasulullah SAW termasuk Syekh Siti Jenar ini. Kalau ada orang yang sering mempropagandakan ajaran Manunggaling Kawula Gusti dan ajaran itu terdengar aneh dalam akidah islam, berarti kemungkinan besar itu bukan ajaran Syekh Siti Jenar Yang Asli. KH Dr. Lukmanul Hakim, salah seorang pakar tassawuf, dalam forum tanya jawab di majalah cahaya sufi mengatakan jika ajaran Syekh Siti Jenar yang saat ini berkembang sudah banyak yang menyimpang ketimbang ajaran aslinya. Ajaran Syekh Siti Jenar itu memang tidak menyimpang, dan yang bisa menjelaskan tentang ajaran Syekh Siti Jenar itu bukan sembarang orang, setiap orang yang tidak punya sanad ilmu Thariqoh yang sampai kepada Syekh Siti Jenar, itu tidak boleh sembarangan membicarakan ilmu tingkat tinggi ini, Yang bisa menjelaskan ajaran Syekh Siti Jenar itu adalah seorang Mursyid, bukan pengarang atau sejarawan yang tidak punya sanad Thariqoh yang sampai kepada Syekh Siti Jenar. Saya saja ketika suatu saat mendengar penjelasan tentang Thariqoh yang dianut oleh Syekh Siti Jenar yang disampaikan oleh Mursyid saya, saya jadi faham, jika ajaran yang beliau anut itu memang tidak menyimpang dan memang nuansanya sangat tinggi, sampai sampai saya sendiri kadang sulit untuk memahaminya.

Tentang hukuman mati yang diterima Syekh Siti Jenar oleh Majelis Dakwah Walisongo, ternyata cerita ini adalah fiktif, karena Syekh Siti Jenar wafat secara wajar setelah beliau merasakan "kenikmatan" "bertemu" dengan Allah. Cerita dihukum matinya Syekh Siti Jenar di Depan Masjid Demak, adalah cerita yang ngawur dan tidak berdasar, cerita ini berasal dari mana? Babab Tanah Jawi? Hikayat-hikayat? Aneh cerita ini, yang aneh lagi setelah dihukum mati mayatnya ditukar secara diam diam dengan mayat anjing untuk kemudian dipertontonkan kepada rakyat dan pengikutnya sekaligus sebagai pembelajaran kepada masyarakat agar "jangan macam-macam" terhadap ajaran islam, dan salah satu orang yang menyuruh menukar mayat Syekh Siti Jenar adalah Sunan Gunung Jati! Ah rendah sekali moral Sunan Gunung Jati Kalau begitu, sedangkan Anjing saja najisnya sangat berat, Walisongo itu penganut Mazhab Syafii yang dalam menyikapi najis anjing sangat ketat. Dimanakah logika kita ketika Walisongo digambarkan mengancam rakyat dengan sebuah simbolisasi murahan dengan berubahnya mayat Syekh Siti Jenar menjadi anjing seperti itu, cerita keblinger!!! Syekh Siti Jenar itu anggota walisongo, Syekh Siti Jenar itu satu nasab dengan walisongo, Syekh Siti Jenar itu ajarannya sama dengan walisongo. Beliau adalah sufi yang agung namun tetap menjalankan syariat islam seperti masyarakat umumnya, tidak benar beliau tidak sholat, beliau sholatnya bahkan diatas rata-rata, beliau bahkan wafat dalam keadaan sujud. Syekh Siti Jenar adalah korban manipulasi sejarah yang sangat kronis.

Kalau Syekh Siti Jenar sudah diacak acak sejarah dan nasabnya, Sunan Kalijaga yang merupakan wali di tanah Jawa juga tidak luput dari kondisi ini , Wali yang satu ini adalah wali yang mahsyur, namun betapapun mahsyurnya beliau, masih banyak pula yang memahami beliau secara salah, terutama dari sisi nasab dan sejarahnya. Sampai saat ini nasabnya Sunan Kalijaga masih saja sering diperdebatkan, bahkan kalimat umum yang sering saya dengar dari beberapa orang sejarawan islam, bahwa 1 dari 9 wali berasal dari jawa asli dan sisanya adalah keturunan Arab, Yang satu ini ternyata adakah Sunan Kalijaga. Benarkah Sunan Kalijaga adalah Jawa Tulen? Ini bukan masalah mengangkat masalah SARA, tidak sama sekali! Tapi ini adalah berbicara masalah Fakta dan Kebenaran. 

Beberapa biografi yang ditulis oleh Sholihin Salam atau Umar Hasyim dan beberapa penulis lain seperti Prof Slamet Mulyana ketika bicara tentang nasab Sunan Kalijaga, Sunan Kalijaga nasabnya sering dinisbatkan kepada Majapahit dan Bani Abbasiah dan China. Namun berdasarkan catatan Nasab Keluarga Besar Walisongo yang terhimpun dalam kitab ENSIKLOPEDIA NASAB AL HUSAINI yang DISUSUN OLEH SAYYID BAHRUDDIN AZMATKHAN dan SAYYID SHOHIBUL FAROJI AZMATKHAN< PENERBIT MADAWIS TAHUN 2011, Bahwa Sunan Kalijaga bukan berasal dari nasab Majapahit dan juga Bani Abbasiah. Nasab beliau yang asli berasal dari Keluarga besar Azmatkhan. Adanya penisbatan nasab kepada Majapahit oleh karena ayahnya menjadi pejabat Majapahit, sehingga banyak orang keliru. Setiap pejabat majapahit belum tentu ia asli orang jawa, banyak dari pejabat majapahit juga berasal dari etnis yang lain, termasuk arab. Kenapa mereka bisa menjadi pejabat majapahit? Itu karena mereka mampu berasimilasi dengan baik, termasuk keluarga besar Sunan Kalijaga, sehingga jangan heran jika Sunan Kalijaga itu bisa berasimilasi dengan budaya Nusantara, karena bapak, kakek dan buyutnya sudah lebih dahulu mampu berasimilasi dengan kehidupan dan budaya setempat. 

Banyaknya orang islam yang menjadi pejabat di Majapahit, membuktikan jika islam pada masa itu sudah dikenal dan diterima para bangsawan dan masyarakat. Pejabat majapahit saat itu lebih banyak memakai gelar jabatan yang ada dan ini memang sudah menjadi tradisi sampai sekarang. Ayah dan Kakek dan buyut Sunan Kalijaga itu kesemuanya adalah Azmatkhan. Tumenggung Wilatikto yang bernam asli Sayyid Ahmad Sahuri adalah ayah Sunan Kalijaga sedangkan Syekh Subakir/Maulana Mansur Azmatkhan adalah kakek Sunan Kalijaga. Penisbatan ke Bani Abbasiah juga terasa aneh, karena Bani Abbasiah yang ada di Indonesia pada kurun waktu itu hampir tidak ada, kebanyakan penyebar agama islam apalagi walisongo adalah keluarga besar keturunan Bani Hasyim dari jalur Sayyidina Husein binti Fatimah binti Muhammad Rasulullah SAW. Hampir sulit diketemukan Bani Abbasiah yang hijrah Ke nusantara, Kebanyakan Bani Abbasiah ketika dihancurkan mongol melarikan diri ke arah timur tengah, namun untuk Nusantara sangat jarang terdengar. Dua penisbatan Nasab itu masih belum cukup, ada lagi penisbatan nasab Sunan Kalijaga yang dihubungkan kepada China, seperti yang dikemukakan Prof. Dr. Slamet Mulyana. Namun akhirnya pendapat ini gugur karena berdasarkan penelitian beberapa sejarawan, rujukan Slamet Mulyana yang berasal dari naskah Residen Poortman ternyata tidak pernah ada, dengan kata lain penisbatan Sunan Kalijaga ke China, tidak diterima.

Kisah populer tentang Sunan Kalijaga adalah ketika ia diceritakan bertapa selama tiga tahun dipinggir kali sampai sampai akar-akar menutup tubuhnya. Sunan Kalijaga diperintahkan Sunan Bonang untuk diam ditepi sungai sambil menunggui tongkat Sunan Bonang, dan tidak boleh bergerak sampai Sunan Bonang kembali. Benarkah cerita ini? Sunan Kalijaga disuruh bertapa dipinggir kali demi untuk mencari ilmu kepada Sunan Bonang sambil menunggu tongkat, benarkah Sunan Bonang mengajarkan muridnya tentang KETAATAN namun dengan cara seperti ini. Mari kita berfikir jernih, apakah ada metode BERTAPA dalam agama Islam? Metode BERTAPA atau MEDITASI itu lebih dekat dengan agama Hindu yang pada masa itu sering dilakukan oleh para Resi atau Pendeta Hindu. Bertapa adalah kebiasaan para Resi ketika itu terutama untuk mengasah kesaktian atau mencari petunjuk Sang Dewa (Tuhan mereka), baik itu dilakukan di Hutan, Gunung, Gua, Pinggir Pantai atau Pinggir Sungai. Sunan Bonang bukan Resi, Beliau adalah Ulama yang menjalankan Syariat Islam secara normal alias tidak neko neko, Resi lebih banyak bicara dunia dewata yang hindu sentris dan kadang banyak sisi mistik yang tentu tidak sejalan dengan Islam, wajarkah Wali yang besar menyuruh seseorang diam ditepi sungai demi memperoleh sebuah ilmu? Kenapa pula tidak beliau ajak Ketempat beliau untuk beliau ajarkan langsung, ketimbang ditelantarkan dipinggir sungai. Konyolnya dalam cerita Sunan Bonang lupa sampai tiga tahun!!!. Wah kasihan sekali Sunan Kalijaga sudah ditelantarkan Sunan Bonang selama tiga tahun, seolah olah Sunan Bonang itu masa bodoh terhadap nasib orang. Terus terang cerita ini sangat aneh jika dihubungkan dengan kitab kitab tentang adab belajar. Bertapa itu beda dengan Uzlah seperti yang sering dilakukan para ulama sufi. Sufi atau Ulama yang melakukan Uzlah (menyendiri) mereka tetap sholat, berzikir, dan kegiatan kegiatan lain sedangkan bertapa berbeda, Bertapa sudah jelas betul betul tidak bergerak kesana kemari. Silahkan anda perhatikan jika orang bertapa, kebanyakan mereka tidak bergerak, dan anehnya mereka sanggup berhari hari seperti yang dilakukan beberapa orang pendeta hindu di India. Mungkin pertanyaannya, bagaimana mereka minum, makan, buang air kecil dan besar? Entahlah bagaimana mengatasi hal itu, namanya juga bertapa, sudah tentu banyak yang tidak sesuai dengan syariat islam. Nah Bagaimana dengan Sunan Kalijaga? 

Menurut saya cerita beliau bertapa dipinggir sungai adalah fiktif! Bagaimana mungkin beliau bertapa secara Full tidak bergerak selama tiga tahun, sedangkan beliau sedang menempuh ajaran islam, bagaimana sholatnya???? Masak untuk belajar agama islam, hal yang paling penting dan mendasar seperti sholat malah dihilangkan. Kemampuan manusia bertapa itu jika diukur dengan logika paling kuat Cuma beberapa hari saja, kalau ada yang kuat sampai 40 hari, menurut saya itu adalah hal yang aneh, kalaupun ada berarti kemungkinan besar kemampuan seperti ini wajib dipertanyakan dari mana asal muasal kemampuan seperti ini. 

Kesalah fahaman tentang cerita Sunan Kalijaga, itu karena banyak orang kurang memahami arti dan sejarah dari nama KALIJAGA itu. Mentang-mentang ada nama KALIJAGA, langsung saja kesimpulan kita mengatakan, Oh itu Ulama yang dulu bertapa dipinggir kali ya..... Munculnya nama Kalijaga itu bukan berarti bahwa Sunan Kalijaga pernah bertapa dipinggir kali. Inilah pentingnya ilmu nasab khususnya bab tentang Nama. Dalam Ilmu Nasab pembahasan tentang Nama Wali itu betul betul dikupas tuntas agar kedepannya bisa difahami secara ilmiah dan rasionsal. Nama Sunan Kalijaga harus kita fahami sebagai sebuah makna yang berhubungan dengan produktifitas dakwah sunan kalijaga. Nama Kali yang berarti air yang mengalir (kali atau sungai pasti airnya mengalir....) dan nama Jaga yang artinya menjaga harus difahami secara filosofis bukan leterleks. Artinya Nama Sunan Kalijaga itu harus difahami secara tersirat bukan tersurat. Nama Kalijaga itu harus difahami secara Pengertian yang luas yang tentu sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga itu sendiri. Diantara Wali wali yang lain, Dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga ini memang unik dan menarik untuk dikaji, Dakwah beliau ini sangat kultural sekali, Sunan Kalijaga sebagai ulama tidak pernah menunjukkan antipati terhadap perbedaan ajaran atau aliran (seperti sungai yang mengalir) yang tidak sesuai dengan Islam. Adanya perbedaan akidah dan budaya justru disikapi dengan bijaksana. Perbedaan aliran/akidah/budaya itu beliau jaga (seperti menjaga) dengan baik dengan cara hidup berdampingan. Aliran aliran yang saat itu berkembang, mulai dari hindu, budha, animisme, dinamisme, dll disikapi dengan toleransi yang tinggi. Toleransi yang beliau terapkan betul betul mengena kepada masyarakat yang aliran atau akidahnya berbeda. Sebagai ulama yang mampu beradaptasi dan mampu memahami budaya lokal, Sunan Kalijaga bahkan dianggap sebagai satu satunya wali yang faham mendalami dan menjaga segala aliran atau agama yang hidup ditengah masyarakat untuk bisa berdampingan dengan agama Islam.

Metode Dakwah dengan budaya yang diterapkan Sunan Kalijaga dan juga beberapa wali ternyata berhasil mengena dihati masyarakat. Lambat laun akhirnya banyak dari mereka yang masuk islam dengan sukarela, karena tertarik dengan gaya dakwah sunan kalijaga yang kultural dan damai karena mampun menjaga toleransi terhadap aliran atau agama yang berbeda ditengah masyarakat, sehingga tidak heran bila kelak Nama Sunan Kalijaga terus melekat ketimbang nama asli beliau.

Betapapun Sejarah dan Nasab Syekh Siti Jenar dan Sunan Kalijaga sering disalahfahami, diselewengkan bahkan “dirusak” oleh tangan tangan yang tersembunyi, namun nama besar mereka sampai sekarang tetap dikenang banyak orang. Syekh Siti Jenar dan Sunan Kalijaga adalah dua permata keluarga besar Azmatkhan yang terus akan dikenang banyak orang.
Semoga Sejarah dan Nasab mereka tetap terus terjaga ditangan para ulama ahli nasab...
Wallahu A’lam Bisshowab..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar